Pengagungan Terhadap Allah
1.
Ajakan untuk Bersyukur
kepada Allah
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu allahu
akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd.
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul
Adha yang saya hormati dan saya muliakan,
Marilah kita
panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita, kenikmatan yang tidak bisa
kita hitung. Di antaranya adalah Dia kembali mempertemukan kita dengan hari
yang mulia ini, yaitu hari Idul Adha, atau disebut juga dengan hari Nahr, hari
yang sangat agung di sisi Allah.
Di dalam sebuat
hadits, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْظَمُ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ, ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari An-Nahr kemudian hari Al-Qarr.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dâwud, An-Nasâ`iy dan selainnya dari Abdullah bin Qurâth radhiyallahu
‘anhu. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul Ghalîl
no. 1958.]
Yang dimaksud dengan yaumun nahr adalah hari raya Idul Adha,
sedangkan yang dimaksud dengan yaumul qarr adalah hari tasyriq yang pertama, tanggal
11 Dzulhijjah, yaitu esok hari.
Suatu hal yang dimaklumi bahwa, pada hari Idul Adha yang agung ini,
Allah telah mengumpulkan berbagai ibadah yang agung berupa shalat Id, ibadah
qurban, dzikir dan takbir, pelemparan jamratul aqba bagi jamaah haji, thawaf
ifadhah, dan selainnya.
2.
Dua Kaidah
Pengagungan
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu allahu
akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Idul Adha
yang semoga dirahmati Allah,
Marilah kita merenungi keagungan dan kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla
yang telah mensyariatkan sejumlah ibadah agung pada hari yang berbahagia ini.
Allah menyebutkan dua kaidah agung dalam dua ayatAl-Qur`an yang
patut kita renungi dan menjadi pijakan kehidupan kita.
Ayat pertama adalah firman Allah,
ذَلِكَ
وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ
“Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa yang mengagungkan
apa-apa yang terhormat di sisi Allah, hal itu adalah lebih baik baginya di sisi
Rabb-nya.”
[Al-Hajj:
30]
Ayat kedua adalah firman Allah,
ذَلِكَ
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa yang mengagungkan
syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]
Dua ayat di atas berisi kaidah pengagungan terhadap segala hal yang
diharamkan dan dibesarkan di sisi Allah, dan juga mengandung kaidah pengagungan
terhadap simbol-simbol pokok agama Islam.
3.
Bentuk-Bentuk
Pengagungan Terhadap Allah
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Idul Adha
yang semoga dirahmati Allah,
Marilah pada hari yang agung ini, kita mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla
dan segala tuntunan syariat-Nya.
1) Ikhlas
Pada hari raya Idul Qurban ini, Allah telah menyebutkan kewajiban
pengagungan yang paling besar. Allah berfirman,
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا
وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
“Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan penyembelihan
(qurban) supaya mereka menyebut nama Allah pada binatang ternak yang telah
Allah direzekikan kepada mereka. Maka sembahan kalian ialah Sembahan Yang Maha
Satu. Oleh karena itu, berserah-dirilah kalian kepada-Nya. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” [Al-Hajj: 34]
Memurnikan ibadah kepada Allah adalah kewajiban terbesar yang
merupakan misi dakwah setiap nabi dan rasul. Allah telah mengingatkan,
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (semata) dan jauhilah thaghut (segala
sesuatu yang diibadahi selain Allah).’.” [An-Nahl: 36]
Oleh karena itu, hendaknya kita mengagungkan Allah dengan
mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya.
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, serta hidup dan
matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam
semesta, tiada sekutu bagi-Nya.Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”“ [Al-An’âm: 162-163]
Faidah Ikhlash
a) Meraih
Kebahagian Hidup yang Hakiki,
Marilah kita tujukan peribadahan hanya kepada Allah agar kita semua
meraih kebahagian hidup yang hakiki,
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman (bertauhid), sesungguhnya Kami akan memberi kehidupan
yang baik (indah, bahagia) kepadanya, dan sesungguhnya Kami akan membalas
mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka
kerjakan.” [An-Nahl: 97]
b) Kesejahteraan
dan Kebaikan Negeri
Marilah kita mengagungkan Allah dalam segala ibadah jika memang
kita menghendaki kesejahteraan dan kebaikan di negeri ini,
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami menyiksa mereka
disebabkan oleh perbuatan mereka.”[Al-A’râf:
96]
2) Meninggalkan
Segala Dosa dan Kemaksiatan
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Idul Adha
yang semoga dirahmati Allah,
Juga di antara bentuk-bentuk pengagungan terhadap Allah adalah meninggalkan
segala dosa dan kemaksiatan,
إِنْ
تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
kalian dilarang kerjakan, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan
memasukkan kalian ke tempat yang mulia (surga).” [An-Nisâ`: 31]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
اجْتَنِبُوْا
السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ, قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ
الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَوَلِّيْ يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan.” Ditanyakan kepada beliau,
“Wahai Rasulullah, apa (ketujuh) hal itu?” Beliau menjawab, “(1) Berbuat
kesyirikan kepada Allah, (2) (melakukan) sihir, (3) membunuh jiwa yang Allah
haramkan, kecuali dengan haq, (4) memakan harta anak yatim, (5) memakan riba,
(6) lari pada hari perjumpaan dengan musuh, dan (7) menuduh perempuan mukminah,
yang menjaga diri lagi tidak kenal maksiat, dengan perbuatan zina.”.” [Diriwayatkan
oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
3) Mengagungkan
Pemerintah dan Ulama
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Idul Adha
yang semoga dirahmati Allah,
Di antara pengagungan kepada Allah adalah mengagungkan dua jenis
manusia, yaitu pemerintah dan ulama, yang mana kedudukan mereka dimuliakan di
dalam Islam.
Adanya pemimpin di tengah manusia adalah sebuah hikmah dan anugerah
dari Allah. Allah Subhânahu mengingatkan,
وَلَوْلَا
دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ
اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia
terhadap sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini, tetapi Allah mempunyai
karunia (yang dicurahkan) atas alam semesta.” [Al-Baqarah: 251]
Oleh karena itu, hendaknya kita menghargai pemimpin dan pemerintah kita
sebagaimana wejangan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ
أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَكْرَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang memuliakan pemerintah (yang) Allah (tetapkan) di
dunia, Allah akan memuliakannya pada hari kiamat. (Namun), barangsiapa yang
menghinakan pemerintah Allah di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari
kiamat.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah]
Juga hendaknya kita mengetahui kedudukan para ulama yang merupakan
pewaris para nabi dan penegak kebaikan di tengah umat. Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ
لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah dari umatku, orang yang tidak menghormati orang tuanya,
(tidak) merahmati pemudanya, dan (tidak) mengenal hak orang berilmu di kalangan
kami.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Al-Hâkim]
4) Menyembelih
Hewan Qurban
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu allahu
akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Idul Adha yang semoga dirahmati
Allah,
Di antara bentuk pengagungan terhadap Allah pada hari ini dan
hari-hari Tasyrîq, yang juga merupakan simbol Islam yang sangat agung adalah
menyembelih hewan qurban, sebagaimana dalam perintah Allah,
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berqurbanlah.” [Al-Kautsar: 2]
4.
Ketentuan-ketentuan
Seputar Kurban
1) Bersihnya
Hewan Kurban dari Cacat
Hendaknya kita mengagungkan Allah dengan menyembelih hewan kurban
yang baik dan layak. Ada beberapa cacat yang tidak diperbolehkan pada hewan
qurban. Standar cacat yang tidak diperbolehkan itu adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa salllam,
الْعَرْجَاءُ
الْبَيِّنُ ظَلَعُهَا وَالْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُم
َرَضُهَا وَالْعَجْفَاءُ الَّتِيْ لاَ تُنْقِيْ
“Sembelihan pincang yang kepincangannya sangat tampak, sembelihan
yang sebelah matanya buta yang kebutaannya sangat tampak, sembelihan sakit yang
sakitnya sangat tampak, dan sembelihan kurus yang tidak berlemak (bersumsum).” [Diriwayatkan
oleh Malik, Ahmad, Imam Empat, dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul Ghalîl
no. 1148]
2) Umur
Hewan
Perlu diketahui bahwa umur hewan kurban adalah sebagai
berikut :
- Untuk unta, yang telah mencukupi umur lima
tahun dan mulai memasuki tahun keenam.
- Untuk sapi, yang telah mencukupi umur dua tahun
dan mulai memasuki tahun ketiga.
- Untuk kambing yang bukan domba, yang telah
mencukupi umur setahun dan mulai memasuki tahun kedua.
- Untuk domba, yang telah mencukupi umur enam
bulan dan mulai memasuki bulan ketujuh.
3) Waktu
Penyembelihan
Waktu penyembelihan bermula setelah pelaksanaan shalat ‘Id hingga
matahari terbenam pada hari ke-13 Dzulhijjah.
Akhirnya, semoga Allah menerima amalan kami dan kalian di hari raya
kurban ini, dan juga di hari-hari yang lain. Dan semoga Allah selalu mengokohkan
kita di atas keislaman dan Sunnah Rasulullah di kehidupan dunia, di alam kubur
dan saat kita berdiri di depan-Nya mempertanggungjawabkan seluruh amalan.
تَقَبَّلَ
اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
(Dinukil dengan beberapa perubahan dari Khutbah Idul Adha tahun 1433 H yang disampaikan oleh Al Ustadz Dzulqarnain hafidhahullah )
Untuk mendownload khutbah ini dalam format MS Word, silahkan klik di sini.
Untuk mendownload khutbah ini dalam format PDF, silahkan klik di sini.
Komentar
Posting Komentar